JANGAN LUPA UNTUK MAMPIR LAGI KE BLOG DARAI YAAA....

Kamis, 10 Mei 2012

Kau Jodoh Ku Nanti..


“Aku tau kamu tidak bisa meninggalkan aku, begitu juga dengan aku yang tidak mungkin mampu menghadapi hari-hari sulit ku tanpa kamu…”
“lalu kenapa kamu ngotot menyuruh aku pergi dari kehidupan kamu…??”
Dengan nada suara yang tak kalah tingginya Fahri memotong pembicaraan Farida.
Perdebatan panjang melalui kabel telepon itu semakin memanas yang lantas membuat seluruh tubuh Fahri serasa terbakar, tubuh nya menggetar nafasnya tak beraturan. Ini memang bukan yang pertama  Faridah membuat Fahri mati gaya oleh pernyataan-pernyataan yang mebuat jantung Fahri seolah mau copot.
         Kedua anak manusia ini memang sedang berada di posisi cinta yang sulit, cinta yang yang sebelumnya tak mereka inginkan, karena cinta mereka adalah sebuah kesalahan.
Iya, Faridah gadis manis 18 Tahun yang sangat fahri cintai melebihi cintanya pada dirinya sendiri itu adalah istri dari salah seorang kerabat dari guru Faridah di pesantren dulu.

                                                                   ***   ***  ***

           Ruangan seluas lima kali empat meter itu terasa sangat sempit, menghimpit, menjepit. Baginya ini lah neraka, neraka yang tak kunjung berhenti menyiksa batin nya. Di sudut remang Faridah terus menyesali takdirnya seraya menjambak-jambak rambutnya. “aku berdosa karena siapa,..? aku durhaka karena siapa,..?? Tuhanku, jangan tutup matamu padaku,.. lihat aku,… yang menangis kesakitan di lembah sandiwara ini….”
Masih melekat betul dalam ingatan Faridah di mana puncak kesakitan itu terjadi Dua tahun yang lalu.
          Pagi itu, dengan yakin Faridah melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju sekolah kebanggaannya yang berjarak tak lebih seratus meter dari asrama putri PP As-Salafiy Jember Jatim tempatnya menimba ilmu selama ini.
Dalam hati nya “Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, baru kemaren malam rasanya aku terlelap dalam timangan ibuku dan besok 12 juni di mana masa kanak-kanak ku harus di akhiri…” sweet seventeen adalah moment yang Faridah tunggu-tunggu sejak dulu. Tidak ada rencana muluk-muluk untuk merayakan moment yang menurutnya akan menjadi sejarah itu. Faridah hanya berharap di Olimpiade matematika yang akan di selenggarakan minggu depan nanti akan mendapatkan hasil yang bisa semua orang banggakan.
 Tiba-tiba. “Farid, cepetan,…. !” suara Rita sahabat nya lantang sambil menarik keras lengan Farid.
Farid yang sedari tadi dengan tenang mikmati detik-detik di mana sweet seventeen nya akan tiba itu terpaksa mengikuti ajak Rita yang  terkesan sangat memaksa itu.
“ada apa sih ini,..?? main tarik-tarik aja,…???” Tanya Farid penasaran.
“kamu  ini dari tadi di panggil nyai, di suruh cepat-cepat ke ndalem”
“emang nya ada apa,…??”
Nanti kamu tau sendiri.

        Tanpa Tanya tanpa kata, hanya diam Faridah berada di tengah-tengah suasan yang mencekam  ini.

"Faridah...". Nyai memulai pembicaraan.

Sedikit banyak Faridah sudah bisa menangkap kemana arah pembicaraan Sang Nyai.

“kami tidak mungkin menjerumuskan kamu sebagai murid kami ke jurang, kami hanya ingin kamu menjadi yang lebih baik dengan pilihan kami dan menjadi bagian dari keluarga kami,..” 
kata-kata itu terus membakar hati serta telinga Faridah, ingin berontak, ingin lari, ingin dia menjerit meminta pertolongan dari orang di luar sana.

Faridah masih tak bergeming. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut nya untuk merespon pembicaraan nyai yang sudah berlalu lima belas menit itu. Hanya hati nya yang tak berhenti bertanya-tanya.
“Inikah hadiah istimewa untuk sweet seventeen ku,..?? tanpa perundingan yang jelas dengan ku juga dengan keluargaku, di izinkan aku di persunting orang yang sama sekali tak aku kenal dan tentu tak bisa aku cintai dengan mudah walau sampai kapan pun..”
Tak mampu Faridah mengangkat wajah nya, tertunduk sambil merasakan betapa sakit yang ia rasakan di lubuk hatinya. Antara dedikasi dan bakti, Antara cinta dan air mata.
“duuhh gusti,.. sungguh pahit takdirmu ini,… entah apa yang harus aku laku kan, mengeluh ataukah bersyukur,….?” Rintihnya dalam hati yang telah remuk tak tersisa. Dalam sekejap mata Faridah telah menjadi istri orang.
                                                             ***    ***   ***

           Gagang telepon itu masih ia pegang erat-erat, suara fahri sudah tak terdengar lagi. Ia lepas pelan-pelan gagang telepon tersebut.
Sudah, ini waktunya mengahiri cerita ini, Faridah putuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Fahri, meski 2 tahun telah Faridah lalui bersama Aris suaminya, namun hati Faridah tak kunjung terbuka untuk Aris sang imam dalam rumah tangganya, apa lagi sejak satu tahun yang lalu di mana saat itu Fahri mulai hadir di tengah-tengah rumah tangga Faridah yang sama sekali tak ada kebahagiaan yang terkandung di dalam nya.  “kenapa kamu harus hadir di saat aku telah milik orang lain Fahri ku sayang,..??”

Di akui atau tidak, ini adalah perselingkuhan. Fahri maupun Faridah tidak mungkin mempertahankan hubungan yang semacam ini.
Memang, cinta itu tak pernah ada di hati Faridah untuk Aris, namun bukan berarti Faridah punya hak untuk mengumbar dirinya dalam cinta yang terlarang.
Tak bisa di pungkiri, Fahri hadir dengan sejuta kebahagiaan, sejak Faridah mengenal Fahri setahun lalu ketertekanan batin Farida selama ini seolah-olah lenyap, ada Fahri saat Faridah menangis, ada Fahri saat dia sakit, ada fahri saat dia bahagia. Hanya dengan bermodal Hnadphone lah Faridah menjalin hubungan yang tak sengaja itu. Tak pernah Faridah dapatkan kenyamanan itu saat bersama Aris suaminya, pada diri fahri lah semua itu Ia dapat kan. Semakin tak bisa Faridah membuka pintu hati nya untuk aris sang suami yang telah dua tahun mendampinginya.
Lalu, sampai kapan akan seperti ini,...?


Faridah yang berlatar belakang pesantren tidak mungkin membiarkan dirinya terkurung dalam lingkaran dosa yang berkedok cinta. Begitu juga dengan Fahri, keduanya telah memutus kan untuk menyerahkan nasib cinta nya pada Sang Ilahi.
                 
                                                                   ***    ***   ***
    
Satu kata yang paling Faridah ingat dari Fahri yang sering ia katakana pada faridah “jodoh,.. aku percaya itu,.. jika kita harus berpisah, maka akan dengan sabar aku tunggu jodoh ku, yaitu kamu Faridah sayang,.. lima tahun kah, sepuluh tahun kah,. Aku tak peduli itu, kamu selalu aku tunggu”


Bangkit dari keterpurukan nya, Faridah pun berdiri seraya mengusap air matanya yang sejak tadi membasahi kedua pipinya, Tanpa lagi menoleh pada telepon yang sejam lalu menghubungkan nya dengan Fahri tersebut, Dan dengan tegas Faridah nyatakan dalam hati
.     " Iya, jika Fahri percaya akan jodoh, kenapa aku tidak..?? aku yakin kau jodoh ku yang sesungguh nya Fahri...untuk sementara akan ku buang kau jauh-jauh dari ingatan ku, dan akan ku ingat kembali pada saat nya nanti... dan satu lagi, doakan aku untuk jadi istri yang sholihah untuk aris, dan lebih sholihah lagi untuk mu kelak....!!"  :) senang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kritik dan saran anda saya butuh kan